SPy gIRL

Standard

Kompas, Kamis, 29 Januari 2009, kolom Sosok “Akio Toyoda, Harapan baru Toyota”

Penampilan Akio Toyoda sederhana. Dalam keseharian ia tidak mau dibedakan dari para pegawai Toyota. Namun semua orang tau, dia adalah cucu dari pendiri kerajaan otomotif Jepang itu, tak sekedar pegawai. “saya berusaha tidak memikirkan soal warisan, tetapi saya bohong jika mengatakan tak seprang pun disekitar saya tidak memikirkan hal itu,” katanya.

Membaca komentar Toyoda Akio, cucu dari Kiichiro Toyoda, pendiri Toyoda Motor Corp. V langsung inget ama diri v, apa yang v alami selama kurang lebih delapan bulan bekerja di suatu institusi pendidikan yang terkemuka di Pekanbaru. Secara kebetulan, v sendiri cucu dari salah seorang pendiri institusi tersebut. Manajemen di institusi ini adalah manajemen keluarga, masing-masing pendiri memiliki keluarga, teman, atau bahkan kenalan yang bekerja di sini-menurut v sih wajar aja, siapa lagi yang bisa nolongin kalo bukan kita, asalkan profesional. Selain keluarga, karyawan di sini juga berasal dari umum, yang bener2 kompeten dibidangnya.

V mulai bekerja di sini delapan bulan yang lalu. Untuk masuk dan bekerja di institusi ini, v melalui prosedur tetap penerimaan karyawan yaitu tes administrasi, wawancara dengan wakil dari bagian SDM (which is ga ngerti kalo v cucunya salah satu pendiri-secara v ga pernah nongol di institusi tsb sebelumnya), psikotes, dan wawancara dengan end user. Sama dengan karyawan umum lainnya. Setelah diterima, v menjalani masa orientasi selama satu bulan-yang ga pernah dilakukan untuk karyawan lain-masuk ke empat program studi (prodi) yang ada, masing-masing prodi satu minggu. Minggu pertama, v lalui di prodi yang menampung mahasiswa terbanyak. Karyawan2 di prodi ini ampun d, jutek banget. Dari hari pertama sampe seminggu kemudian,mereka sama sekali tidak menunjukkan sikap yang bersahabat. Hal ini sangat wajar, dan biasa dilakukan apabila ada orang baru yang masuk ke lingkungan kita. v pribadi juga mungkin berlaku seperti itu, kalo ada orang baru yang masuk ke lingkungan kerja kita, at least v hati2 ngomong agar orang baru tsb tidak tersinggung dengan omongan v. Minggu kedua, ketiga, dan keempat, v lalui masa orientasi di prodi2 lain, dengan kondisi yang kurang lebih sama dengan prodi sebelumnya, semua karyawan berhati-hati dengan v, memancing-mancing agar v kelepasan omong, “siapa sih anak ini?” “kenapa harus orientasi?” “mata-mata ya?

Seusai orientasi, v ditempatkan dibagian administrasi umum dan kepegawaian, dan teteup… v dicurigai sebagai antek2 yayasan. Sampai suatu hari, setelah delapan bulan v bekerja di institusi ini, dengan tekanan yang lebih besar daripada karyawan lain, diomelin oleh kakek v yang perfectionist, harus jaga nama keluarga, harus menunjukkan kinerja yang terbaik, salah seorang karyawan bertanya “buk, ibuk mata-mata yayasan ya?” G U B R A K . . . . v speechless, ga ngerti harus v apain tu orang, mau v gampar, ntar dibilang kekerasan dalam kampus, mau dikata2in, malah v yang rugi, dianggap emosian, nanti malah bikin jelek nama v sendiri. v hanya bisa berdoa “mudah2an ni orang suatu saat tau kalo selama ini v temenan tulus ama dia, ga mikir yang aneh2 tentang dirinya, melindungi dia dari ancaman pemutusan hubungan kerja karena ga ada satu pihak pun yang menginginkannya, sementara v ngeliat potensi besar dari dirinya, kecuali mulutnya yang pengen banget v robek wuaaaa

Kesimpulannya, sebaik apapun v, setulus apapun v, sesederhana apapun penampilan v, se-humble apapun v, sebaik apapun kinerja v, v tetap dianggap mata-mata. Iam a spy girl.

spy1

Saya berusaha tidak memikirakan soal warisan, tetapi saya bohong jika mengatakan tak seorangpun di sekitar saya yang tidak memikirkan hal itu,” (Toyota, Akio).

*) gambar v ambil dari justwalls.blogspot.com, thank u.